Sekedar Makanan Halal Dan Thayyiba Tidak Bisa Mencegah (Menjamin) Dari Wabah Penyakit
kami pernah membaca pendapat atau pendapat yang disebarluaskan, yaitu jika ingin dihindarkan dari penyakit dan wabah menular dengan cara makan yang halal dan thayyiba, back to nature (tidak makan makanan pengawet, makanan “sampah). Pendapat ini sering dikampanyekan dan terkadang membawa-bawa nama Islam. Pendapat ini menyatakan menentang keras vaksinasi dan imunisasi, karena Islam sudah mengajarkan cara mencegah wabah penyakit, yaitu dengan menjaga makanan halal dan thayyiba. Bahkan seakan-akan menyatakan bahwa cara Islam mencegah wabah penyakit adalah dengan menjaga makanan halal dan thayyiba saja.
Pendapat ini kurang tepat, karena sekedar makanan halal dan thayyiba tidak bisa mencegah /menjamin dari wabah penyakit.
Jika kita menilik sejarah, kita bisa baca sejarah bahwa sahabat Abu Ubaidah radhiallahu ‘anhu meninggal karena wabah tha’un di Syam, beliau adalah sahabat “Al-Asyarah Al-mubasysyarina bil jannah” yang sudah dijamin masuk surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ، وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ “
“Abu Bakr di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Aliy di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, dan Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah di surga” (HR. At-Tirmidzi no. 3747, shahih)
tentu kita yakin bahwa beliau pasti makan makanan yang halal dan thayyiba, saat itu tidakada makanan pengawet, serta beliau juga pasti menjaga perintah dan menjauhi larangan Allah.
Abu Ubaidah meninggal karena wabah tha’un
Imam Az-Dzahabi rahimahullah menceritakan wafatnya Abu Ubaidah Ibnul Jarrah karena Tha’un di Syam,
أن عمر كتب إلى أبي عبيدة في الطاعون: إنه قد عرضت لي حاجة، ولا غنى بي عنك فيها، فعجل إلي. فلما قرأ الكتاب، قال: عرفت حاجة أمير المؤمنين، إنه يريد أن يستبقي من ليس بباق.فكتب: إني قد عرفت حاجتك، فحللني من عزيمتك، فإني في جنمن أجناد المسلمين، لا أرغب بنفسي عنهم. فلما قرأ عمر الكتاب، بكى، فقيل له: مات أبو عبيدة؟ قال: لا، وكأن قد .قال: فتوفي أبو عبيدة، وانكشف الطاعون.
Umar bin Khattab menulis surat kepada Abu Ubaidah setelah mendengar ada wabah tha’un di syam:
“Aku memiliki hajat keperluan kepadamu saya butuh engkau maka segeralah menemuiku (ke Madinah)”
Tatkala Abu Ubaidah membaca surat tersebut, maka beliau berkata:
“aku mengetahui maksud Umar (Umar tidak ingin Abu Ubaidah terkena wabah), ia tidak menginginkanku tetap tinggal di sini”
Maka beliau menulis surat kepada Umar:
“aku telah mengetahui hajat keperluanmu, tolong bebaskan aku dari keinginanmu karena saya masih mempunyai tanggungan kaum muslimin (beliau adalah amirnya). “
Tatkala Umar membaca surat tersebut beliau menangis. Kemudian ada yang berkata padanya:
“apakah telah wafat Abu Ubaidah?
Umar berkata:
“sepertinya sudah”
Ubu Ubaidah meninggal dan diketahui karena wabah tha’un
[Siyar A’lam An-Nubala 1/19, Mu’assasah Risalah, 1405 H, syamilah]
Islam mengakui adanya penyakit menular dan wabah penyakit
Perlu diketahui ada dalil-dalil lain yang menunjukkan bahwa Islam juga mengakui adanya wabah penyakit menular.
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يُوْرِدُ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ
“Janganlah unta yang sehat dicampur dengan unta yang sakit (agar tidak menular).” (HR. Bukhari no. 5771 dan Muslim no. 2221)
Dan Sabda beliau,
فِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ فِرَارَكَ مِنَ الأَسَدِ
“Larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa”. (HR. Muslim: 5380)
Jadi Islam mengajarkan agar kita berusaha mencegah penyakit menular dengan cara mengindari dan mencegahnya.
Demikian semoga bermanfaat
@Pogung Dalangan, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB , subscribe facebook dan follow twitter
Ustadz, utk wabah tho’un sendiri, apakah ada penjelasannya bagaimana akhirnya wabah tsb hilang?
Apakah hilang dgn sendirinya?
Apakah skrg msh ada virus yg disebut sbg pembawa wabah tho’un?
hilang jika orang yg lemah daya tahan tubuhnya sudah meninggal semua dan tersisa bbrap saja yg daya tahn tubuhnya bagus, dan mereka kemngkinan meninggalkan daerah tersebut