[Rubrik: Faidah Ringkas]
Akhir-akhir ini, fenomena menunda-nunda menikah semakin banyak menjangkiti para pemuda dan pemudi. Bukan karena merasa tidak sanggup secara finansial, atau semata karena belum ketemu lelaki/perempuan yang tepat, tetapi lebih pada rasa takut dan khawatir berlebihan untuk menjalin hubungan itu. Uniknya kekhawatiran ini tidak hanya dirasakan oleh orang-orang awam saja, tetapi pada anak-anak pengajian yang sebenarnya sudah paham betul ilmu tentang pernikahan.
Ketakutan-ketakutan ini bisa muncul karena mindset terhadap pernikahan yang mulai berubah. Konten-konten di sosmed yang begitu bebas tak terkendali dianggap menjadi pemicu utama. Banyak konten-konten di sosmed yang menggambarkan beratnya menjalani pernikahan, kalau sudah menikah tak ada lagi kesempatan untuk jalan dan jajan, kalau punya istri pasti harus keluarkan banyak uang untuk membiayai kebutuhan dan keinginannya, kalau sudah punya anak pasti mengurusnya sangat berat. Ditambah di luar sana marak terjadi KDRT, banyak laki-laki yang tidak bertanggung jawab, kecanduan game online, judi online, bahkan PSK online meski sudah menikah. Fenomena-fenomena ini semakin menguatkan rasa takut akan menikah pada wanita, tak terkecuali pada ukhti-ukhti pengajian.
Benar bahwa untuk melangkah ke jenjang pernikahan perlu berpikir panjang dan hati-hati, sebab salah langkah efek buruknya bisa sangat panjang. Namun menggeneralisir pernikahan sebagai momok menakutkan adalah anggapan keliru. Di luar sana masih sangat banyak laki-laki shalih, pekerja keras, bertanggung jawab, dan lembut. Pun dengan perempuan, shalihah, tidak neko-neko, setia, keibuan, dan penyayang.
Kuncinya adalah pada perbaikan diri sendiri. Lelaki yang baik pada umumnya akan mendapatkan perempuan yang baik, demikian pula sebaliknya. Hanya sedikit yang menyelisihi kaidah ini pada kasus-kasus tertentu saja. Allah Ta’ala telah berfirman,
لْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. An-Nuur: 23-26)
Bagi para laki-laki yang takut menikah karena khawatir biaya sehari-hari, yakinlah bahwa Allah yang akan mencukupi. Selama niat menikah ikhlas karena Allah, ingin menjaga diri, punya kemauan kuat dan bertanggung jawab, insyaAllah semuanya akan dijamin oleh Allah. Allah berfirman,
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nur: 32)
Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
التمسوا الغنى في النكاح
“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.” (Tafsir At-Thabari, 19/166)
Sebaliknya, bagi para wanita pilihlah lelaki yang baik agamanya dan akhlaknya dibandingkan kriteria-kriteria lainnya. Jika kedua hal itu ada pada diri seorang laki-laki, maka kekhawatiran mendapatkan laki-laki yang suka memukul, suka malas-malasan, suka main perempuan, akan dijauhkan oleh Allah dengan izin-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ إِلَّا تَفْعَلُوْهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيْرٌ
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi.” (HR. Tirmidzi no. 1085, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Resah memikirkan pernikahan boleh tetapi khawatir berlebihan jangan. Yang perlu dilakukan adalah banyak berdoa kepada Allah dan fokus untuk memantaskan diri sendiri. Semoga Allah memberikan jodoh yang terbaik.
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)