Sudah Curhat Kepada Allah, Tapi Kok Tidak Lega & Meredakan Gelisah?
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Semua orang pasti memiliki masalah dan problem kehidupan, tak ada satupun manusia yang bisa terlepas dari itu. Saat menghadapi masalah tersebut, sikap manusia pun beragam, ada yang berusaha memecahkannya sendiri, ada yang mengadukannya kepada keluarganya atau temannya, dan tidak sedikit yang menumpahkan uneg-unegnya ke dunia maya.
Bagi orang beriman, tempat terbaik mengadukan masalahnya adalah kepada Allah. Dia sadar bahwa hanya Allah yang benar-benar memiliki daya dan upaya untuk menyelesaikan segala problematika kehidupannya, bukan makhluk yang sama-sama lemah. Contohlah Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika menghadapi kesedihan berupa kehilangan putranya Yusuf yang membuatnya bertambah sakit dan sedih,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُوْ بثّيْ وَ حُزْنِيْ إِلَى اللهِ
Dia (Ya’qub) menjawab, “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS Yusuf: 86)
Pertanyaannya, mengapa tidak setiap orang bisa merasa lega dan tenang walaupun telah mengadukannya kepada Allah? Jawabannya, boleh jadi karena dia tidak dekat dengan Allah.
Kita semua sepakat, agar perasaan bisa lega dan beban masalah tersebut terasa berkurang maka curhat terbaik adalah kepada orang-orang terdekat yang kita percayai. Tidak ada orang yang ingin benar-benar curhat kepada orang asing. Dia akan lebih memilih curhat kepada ibunya, pasangannya, atau sahabat terbaiknya yang paling dekat dengannya dan mengetahui keadaan dirinya.
Demikian pula curhat kepada Allah, mungkin hati kita belum benar-benar mencurahkannya kepada Allah, mungkin selama ini kita tidak benar-benar dekat dengan Allah.
Bagaimana cara agar seseorang bisa dekat dengan Allah? Setidaknya ada dua sebab yang bisa membantu:
1) Mengenal Allah
Dua insan manusia tidak mungkin bisa menjalin kedekatan melainkan setelah mengenal satu sama lain. Agar bisa dekat dengan Allah, langkah awal yang mesti dilakukan adalah mengenal Allah dengan baik, dengan mempelajari nama-nama dan sifat-sifatnya, mengetahui hak-hak Allah, berusaha mempelajari perintah dan larangan Allah.
2) Melakukan amalan-amalan yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah
Setelah mengenalnya, maka seseorang harus melakukan usaha-usaha untuk mendekatinya. Agar bisa dekat dengan Allah, maka seorang muslim harus melakukan pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah dengan berbagai macam ibadah wajib maupun ibadah sunnah.
Tatkala seorang hamba senantiasa beribadah kepada Allah, mendekatkan diri kepada Allah dan mencintaiNya, maka Allah akan balik mencintainya. Keutamaannya adalah sebagaimana dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ.
Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku, pasti aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti aku lindungi.” (HR. Bukhari, no. 6502)
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK. (Alumnus Ma’had Al Ilmi Yogyakarta)