Tidak Bisa Menghindarkan Gadget Dari Anak-Anak Secara Total
[Rubrik: Faidah Ringkas]
Tidak dipungkiri keberadaan gadget di tengah kehidupan kita sangatlah membantu, tak terkecuali pada anak. Gadget bisa menjadi sumber berbagai informasi dan pengetahuan bagi mereka. Tetapi, di balik manfaat tersebut ada risiko yang harus diwaspadai yang bisa berdampak buruk bagi tumbuh kembangnya, dan pada akhlaknya.
Memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain gadget adalah kesalahan besar. Sebaliknya, tidak mengizinkan sama sekali menggunakan gadget juga tidak bijaksana. Sebab mereka pun sering melihat kita untuk bermain gadget, tentu kurang adil menurut mereka jika tak diizinkan sama sekali memainkannya. Maka yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah membatasi waktu dan mengawasi anak saat bermain gadget.
Dikutip dari beberapa sumber, durasi waktu yang disarankan untuk mengakses gadget adalah 1-2 jam per hari. Untuk anak usia 6 tahun, maksimal 2 jam per hari. Untuk anak usia 2-5 tahun, maksimal 1 jam per hari. Untuk usia di bawah 2 tahun sebaiknya tidak diberi akses pada gadget. Akan lebih baik lagi jika ada kesepakatan khusus dengan orang tua, misal khusus di akhir pekan untuk mengakses gadget. Model seperti ini yang kami terapkan dalam keluarga kami.
Selain durasi yang dibatasi, orang tua juga mesti memperhatikan konten yang ditonton oleh anak. Sebagai orang tua, kita bertanggung jawab terhadap tontonan yang dikonsumsi oleh anak. Terutama di zaman sekarang, banyak konten di internet atau di Youtube yang berisi kemaksiatan dan keharaman yang harus diwaspadai. Tanpa sadar anak bisa mencontoh segala hal yang mereka tonton, bahkan kepribadian anak sedikit banyak bisa dipengaruhi oleh tontonan mereka.
Jika anak berubah menjadi buruk karena tontonannya, hal itu bukan karena pengaruh tontonan itu saja, tetapi sebenarnya kita lah yang pertama kali melakukan pembiaran. Anak itu pada asalnya berada pada fitrah Islam dan iman, hingga kemudian datanglah pengaruh luar, termasuk benar-tidaknya orang tua mengelola mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah (Islam)nya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka.” (HR Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)
Oleh karena itu, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya terhadap anak-anaknya. Hendaknya mereka memperhatikan dan mengawasi aktivitas anak-anaknya, termasuk dalam menggunakan gadget. Tidak masalah mengizinkan mereka menggunakan gadget, tetapi batasi waktunya dan awasi konten yang anak tonton.
Artikel www.muslimafiyah.com
Asuhan Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
(Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)