Bimbingan IslamFatwa KedokteranFiqhKesehatan Islam

Temuan Vaksin oleh Ilmuan Islam

Fakta ini membantah HOAX yang disebarkan oleh oknum tertentu yang mengatakan vaksin adalah konspirasi yahudi dan Amerika, program depopulasi umat dan hanya untuk umat Islam saja. Hal ini tidak benar. Telah kami jelaskan dalam tulisan kami sebelumnya[1]

Ilmuan Islam menyumbang penemuan dalam vaksin, bahkan secara umum di ilmuan Islam yang meletakkan dasar-dasar pengobatan yang menjadi acuan kedokteran modern sekarang. Anggapan bahwa kedokteran modern adalah monopoli oleh barat tentu tidak benar (apalagi dibawa-bawa kata-kata pengobatan dari “negara kafir” agar kaum muslmin anti). Kaum muslimin yang membuat sekolah kedokteran pertama di Andulusia (Spanyol) dengan penemuan-penemuan teknologi terbaru saat itu seperti alat bedah, metode operasi caesar, peredaran darah, benang jahit dan lain-lain. Pelajarnya banyak dari bangsawan-bangsawan Eropa yang mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar di pusat studi umat Islam di Andulusia. Mereka pun harus belajar Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar, akibatnya para sesepuh mereka mengeluhkan masukknya budaya Islam dan bahasa Arab yang menjadi trend saat itu, di mana pemuda Eropa merasa keren dengan bisa mengatakan “Uhibbuka” (I love You).

Kaum muslimin lalai akan agama dan lemah imannya, silau dengan kemewahan dunia. Akhirnya Andulusi jatuh dan iptek kaum muslimin diambil, jadilah ilmu kedokteran saat ini didominasi oleh mereka. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

ضَيَّعُوا ثُلُثَ العِلْمِ وَوَكَلُوهُ إِلَى اليَهُوْدِ وَالنَّصَارَى.

“Umat Islam telah menyia-nyiakan sepertiga Ilmu (ilmu kedokteran) dan meyerahkannya kepada umat Yahudi dan Nasrani.”(Siyar A’lam An-Nubala  8/258, Darul Hadits).

Sejarah kejayaan kedoktean Islam bisa dibaca pada tulisan kami di sini[2]

Kembali pada penemu vaksin. Adalah seorang ilmu Muslim yaitu Ar-Razi (di Barat dikenal dengan nama Rhazez), beliau ORANG PERTAMA yang menemukan konsep dasar vaksin smallpox, wabah dan sistem kekebalan tubuh. Beliau meneliti bahwa orang yang sudah terkena smalpox (variola) tidak akan terkena kedua kalinya. Beliau meneliti ini setelah melihat fakta penyakit wabah yang banyak membuat manusia meninggal (Termasuk Sahabat yang dijamin masuk surga, Abu Ubaidah Ibnul Jarrah yang meninggal di Syam karena wabah). Beliau lalu meneliti dan menulis buku dengan judul ”al-Jadari wa al-Hasba”  dan Manuskrip asli buku ini masih disimpan rapi di perpustakaan Leiden University, Belanda (banyak manuskrip ilmu dan penemuan umat Islam disimpan di museum-museum Eropa). Buku ini diterjemahkan oleh para ilmuan Eropa dengan judul:

“A Treatise on Smallpox and Measles” [3]

Ilmuan Turki (zaman khalifah Ottoman/Ustmaniyah) menyempurnakan penemuan ini, mereka sudah mengenal dan mengembangan tehnik imuniasi (variolasi). Pemerintah Turki pada tahun 1967 membuat perangko dengan tema dan gambar ibu sedang melakukan vaksin pada anaknya (masih bentuk sekuler, bukan zaman khalifah, jadi gambarnya masih ada aurat tangan terbuka). Hal ini  untuk mengenang penemuan spektakuler mereka saat itu. Wabah dahulu sangat menjadi momok menakutkan bagi suatu daerah, wabah yang menular dengan cepat dan membuat cacat atau mematikan dalam waktu yang sangat cepat. Silahkan baca sumber dan lihat gambarnya di sini[4]

Seorang yang bernama Lady Mary Wortley Montagu asal Inggris, Ia terkena wabah smallpox dan merusak wajah serta menyebabkan saudaranya meninggal di usia muda. Ketika suaminya diangkat menjadi duta Inggris di Turki, mereka pindah ke Turki dan ia melihat sendiri teknologi variolasi ini di Turki. Ia melakukan (imuniasi ini) pada anak-anaknya juga, lalu ia memperkenalkan metode ini ke dokter Inggris dan menjadi metode yang ampuh saat itu untuk mencegah wabah.[5] Barulah metode ini dikembangkan oleh ilmuan Eropa setelahnya semisal Edward Jenner dan lain-lain.

Fakta ini juga menjawab informasi yang tidak benar yang beredar:

Pertama: Tidak benar bahwa “sekedar makan halal dan thayyib saja bisa mencegah wabah”. Sahahat Abu Ubaidah yang tentu menjaga makanannya dan amalnya, tapi meninggal karena wabah. Silahkan baca tulisan kami[6]

Kedua: Tidak Benar pernyataan bahwa “tidak perlu vaksin, cukup ASI dan thibbun Nabawi saja”. Thibbun nabawi tidak berarti membatasi dan tidak boleh pengobatan lainnya, bahkan bisa DIKOMBINASIKAN. Sebagaimana yang dilakukan oleh ilmuan muslim saat itu. Silahkan baca tulisan kami[7]

Perlu diketahui bahwa para ilmuan sangat berusaha meneliti bertahun-tahun bahwan ratusan tahun untuk meneliti vaksin. Mengorbankan waktu, tenaga dan dana yang tidak sedikit. Vaksin yang diteliti ini untuk penyakit wabah yang berbahaya, menular  dan mematikan dengan cepat (kalau penyakit seperti panu, kadas, kurap, ini mah sepertinya tidak perlu vaksin ^^).

Alhamdulillah teknologi kedokteran terus berkembang ditangan ilmuan. Berbagai wabah penyakit telah ditemukan vaksinnya dan jika dilakukan serentak maka wabah akan punah dari muka bumi. Alhamdulillah dengan izin Allah, penyakit smallpox dinyatakan musnah pahun 1979 setelah 2 Abad (penyakit ini sangat berbahaya dan sangat menyeramkan bentuknya, kalau berani lihat silahkan googling).

Hal ini dibantu oleh mulai tersebarnya ilmu dan kesadaran akan wabah dan vaksin. Sampai saat ini mayoritas negara dunia memiliki program vaksin, Silahkan baca tulisan kami [8]. Negara-negara maju seperti sebagian Eropa, Australia dan negara Timur Tengah (Saudi, UEA, Kuwait dll) MEWAJIBKAN penduduknya melakukan vaksin dan ada hukumanya jika tidak, yaitu jika tidak vaksin, anak mereka tidak boleh sekolah. Silahkan baca tulisan kami[9].

Keberhasilan program vaksin dunia ini (dengan izin Allah) menyebabkan generasi baru saat ini jarang melihat atau mendengar wabah-wabah yang dahulu sangat menjadi momok ini (silahkan tanya dokter-dokter senior, mereka dahulu sangat sering menjumpai wabah seperti diptheri dll, anak-anak harus dilubangi tengorokannya untuk bernapas). Akibatnya, sebagian orang menganggap  bahwa wabah ini semacam dongeng dan buat apa dilakukan? Padahal wabah program vaksin ini (dengan izin Allah) yang berperan mencegah wabah dengan terbentuknya herd immunity/kekebalan kelompok (silahkan baca tulisan kami, agar paham)[10]

Sebenarnya sejarah ini sangat seru apabila kita bahas, apalagi sejarah kejayaan umat Islam, akan tetapi dalam artikel ini kami cukupkan dahulu.

Mari jangan mudah percaya dengan informasi HOAX yang tidak benar semisal di atas, walaupun diucapkan oleh ustadz dalam ceramahnya atau pejabat di atas mimbar (mereka tidak salah, yang salah adalah informasi yang masuk dan umumnya mereka tidak memiliki dasar ilmu kesehatan).

Demikain semoga bermanfaat

 

@ Yogyakarta Tercinta

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiya.com

 

[1] Silahkan baca: https://muslimafiyah.com/vaksinasi-bukan-konspirasi-yahudi-israel-dan-amerika-cerdas-dan-ilmiah-mengkritisi.html

[2] Silahkan baca: https://muslimafiyah.com/sejarah-kejayaan-kedokteran-islam.html

[3] Sumber: https://www.amazon.co.uk/Treatise-Small-pox-Measles-Rhazes/dp/1293784087

[4] http://www.muslimheritage.com/article/lady-mary-wortley-montagu-and-introduction-smallpox-vaccination-england

[5] Silahkan baca: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3407399/

[6] Silahkan baca: https://muslimafiyah.com/sekedar-makanan-halal-dan-thayyiba-tidak-bisa-mencegah-menjamin-dari-wabah-penyakit.html

[7] Silahkan baca: https://muslimafiyah.com/vaksin-tidak-bertentangan-dengan-thibbun-nabawi.html

[8] Silahkan baca: https://muslimafiyah.com/program-vaksin-ada-di-hampir-mayoritas-negara-dunia.html

[9] Silahkan baca: https://muslimafiyah.com/imunisasi-program-wajib-di-saudi.html

[10] Silakan baca: https://muslimafiyah.com/mengapa-harus-imunisasi-mengenal-herd-immunityimunitas-kelompok.html

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button